-->

Food

Iklan

Sosialisasi Literasi Budaya Desa Tejo Bangun Sikap Toleransi Masyarakat

Senin, November 10, 2025, 7:17:00 AM WIB Last Updated 2025-11-10T00:17:41Z

 

Jombang,Kompasgrups.com-Upaya memperkuat nilai toleransi dan melestarikan budaya lokal kembali digelorakan oleh Pemerintah Desa Tejo, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang pada hari Minggu,9 November 2025 Di Aula Pertemuan Desa Tejo Kecamatan Mojoagung. Dalam kegiatan bertajuk “Sosialisasi Literasi Budaya untuk Membangun Sikap Toleransi Masyarakat”, masyarakat diajak menggali kembali nilai-nilai luhur warisan leluhur sebagai fondasi membangun kehidupan sosial yang harmonis, inklusif, dan berkarakter.


Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Kepala Desa Tejo, Ponedi, bersama tokoh masyarakat dan dua narasumber utama, yakni Sumrambah, S.P., M.A.P. dan Nanda Sukmana, pemerhati budaya lokal. Acara tersebut diikuti oleh masyarakat Tejo Mojoagung yang menunjukkan antusiasme tinggi masyarakat dalam mendukung upaya pelestarian budaya dan penguatan sikap toleransi.

Dalam sambutannya, Ponedi menyampaikan rasa syukur kepada Allah SWT atas terselenggaranya kegiatan yang dinilai penting bagi penguatan karakter masyarakat. Ia mengapresiasi dukungan masyarakat Desa Tejo dan peran besar Wiwin Sumrambah yang telah memberikan kontribusi nyata melalui berbagai program, seperti P3-TGAI(Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi), Program Indonesia Pintar (PIP), serta bantuan di sektor pertanian dan ketahanan pangan.


“Melalui saresehan ini, kami berharap masyarakat Desa Tejo dapat menambah wawasan dan menerapkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Ponedi. Ia juga menegaskan pentingnya menjaga sinergi antara pemerintah desa, masyarakat, dan wakil rakyat demi kemajuan bersama.


Dalam sambutan yang mewakili Wiwin Sumrambah, Sumrambah menyoroti makin memudarnya nilai-nilai budaya lokal yang diwariskan leluhur. Ia menilai, masyarakat kini lebih condong pada budaya modern tanpa memahami makna mendalam dari tradisi lama.


“Budaya bukan sekadar kesenian atau pakaian, tapi di dalamnya ada nilai dan ilmu pengetahuan. Sayangnya, semua itu kini mulai kita tinggalkan,” ungkapnya.

Sumrambah juga menyinggung hilangnya semangat gotong royong yang dahulu menjadi ciri khas desa. Ia mencontohkan pengetahuan tradisional pertanian yang terbukti ilmiah, seperti tradisi kawitan dan penggunaan bahan alami untuk menjaga kesuburan tanah serta ekosistem sawah.


Menurutnya, warisan budaya bukan hanya simbol masa lalu, melainkan ilmu pengetahuan yang relevan hingga kini. Ia mengajak masyarakat untuk menggali kembali nilai-nilai budaya sebagai identitas dan kekuatan bangsa Indonesia.


Pada sesi sosialisasi, Sumrambah menjelaskan bahwa literasi budaya mencakup tiga dimensi penting:


1. Kognitif – pemahaman pengetahuan budaya dan sosial;

2. Afektif – tumbuhnya empati dan rasa saling menghargai;

3. Perilaku – keterlibatan aktif dalam praktik budaya yang inklusif.


“Melalui literasi budaya, seseorang belajar memahami makna di balik simbol dan tradisi. Dari situ tumbuh empati, dan empati inilah yang menjadi akar dari toleransi,” jelasnya.


Ia juga menekankan perlunya strategi literasi budaya terintegrasi dalam pendidikan, komunitas, media digital, dan kolaborasi lintas sektor untuk menumbuhkan kesadaran bersama menjaga keberagaman.


Narasumber kedua, Nanda Sukmana, dalam materi berjudul “Cahaya dari Barat: Meneguhkan Warisan Leluhur Desa Tejo”, mengajak peserta memahami filosofi kata Tejo yang berarti “cahaya” dalam bahasa Jawa — simbol harapan, kerja keras, dan kebaikan bagi sesama.


“Tejo adalah simbol cahaya kebaikan yang menjadi identitas masyarakat. Orang-orang Tejo harus menjadi cahaya yang bermanfaat bagi orang lain,” ujar Nanda.

Ia mengajak warga untuk menghidupkan kembali nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong yang menjadi kekuatan sosial desa. Sebagai langkah nyata, ia mengusulkan:


- Pembentukan ikon budaya Desa Tejo sebagai simbol persatuan;

- Kajian dan diskusi nilai-nilai leluhur secara rutin;

- Penguatan ruang interaksi sosial antarwarga melalui kegiatan budaya bersama.


Kegiatan ini digagas sebagai upaya edukatif dan partisipatif untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian budaya dan penerapan nilai toleransi. Dengan menggali kembali warisan leluhur, masyarakat diharapkan dapat memperkuat identitas sekaligus menghadapi tantangan global tanpa kehilangan jati diri bangsa.


Acara sosialisasi ditutup dengan doa bersama yang dipimpin Kepala Desa Ponedi, disertai harapan agar kegiatan tersebut membawa keberkahan dan menjadi langkah awal “menyalakan cahaya toleransi dari Desa Tejo untuk Indonesia.”(Zafin)

Komentar

Tampilkan

  • Sosialisasi Literasi Budaya Desa Tejo Bangun Sikap Toleransi Masyarakat
  • 0

Terkini

Music