-->

Food

Iklan

Sanggar Tari Manggasari Anak Muda Sidareja, Fokus Menghidupkan Seni Jawa

Minggu, September 28, 2025, 11:13:00 PM WIB Last Updated 2025-09-28T17:19:28Z

 


(Foto acara sanggar tari)

CILACAP, KOMPASGRUPS.COM– Dari sudut Dusun Warureja, Desa Margasari, Kecamatan Sidareja, hadir kabar yang menggembirakan. Anak-anak muda di sini tidak hanya sibuk bermain gawai, melainkan turut melestarikan budaya Jawa melalui sanggar tari dan karawitan yang dikelola Mas Onde.


Awalnya, kegiatan ini lahir dari keluarga sendiri. Mas Onde yang gemar kesenian jaranan dan gendingan mulai melatih keluarganya. Tidak lama kemudian, muncul ide.


“Lebih baik mengajak anak-anak sekitar rumah belajar tari, supaya budaya kita tidak hilang.” Kini, ada sekitar 15 siswa dari Bojongsari, Bantarsari, Blundeng hingga Tambaksari yang ikut bergabung.


(Foto peserta sanggar tari ) 

“Kelas dibuat murah, yang penting semua bisa ikut. Untuk anak-anak SD atau sederajat saya gratiskan. Nanti juga mereka akan membantu saya karena mereka berasal dari sini,” tutur Mas Onde sambil tersenyum.


Di sanggar ini tidak hanya ada tari, tetapi juga karawitan dan olah vokal. Grup tari diberi nama Ngudi Laras, sementara kelompok campursari sudah berjalan lebih dari lima tahun dengan nama Margolaras.


Bukan Sekadar Main-main, Didukung Pegiat Nasional

Riswanto, adik Mas Onde, menjelaskan bahwa gagasan ini sebenarnya berasal dari Karang Taruna RT yang mendapat binaan dari Djarum Coklat. Sanggar ini juga mendapat dukungan dari Catur Iswanto, tokoh budaya tingkat nasional.


“Awalnya memang dari anak-anak muda yang senang gamelan dan tari. Kakak saya suka menabuh gamelan, lalu ada yang ingin belajar, kemudian ada yang mendukung hingga akhirnya bisa berjalan sampai sekarang,” kata Riswanto.


Tantangan Penari Laki-laki Masih Kurang

Guru tari, Fika, lulusan ISI Solo mengatakan tantangan terbesar adalah minimnya penari laki-laki.


“Banyak laki-laki yang kurang berminat menari. Mereka menganggap kalau laki-laki menari itu gemulai. Padahal tidak demikian. Di Jawa Barat misalnya, justru tegas, penari laki-laki harus menampilkan gerakan khas laki-laki, dan penari perempuan dengan gerakan khas perempuan, tidak bisa dibalik. Di rumahnya pun nanti, laki-laki menari harus gagah,” jelas Fika.


Ia juga menekankan pentingnya memperkenalkan Tari Jalungmas, tarian khas Kabupaten Cilacap yang diciptakan sekitar tahun 1996. Ironisnya, banyak orang Cilacap sendiri belum mengenalnya. Fika ingin mengenalkan tari tersebut kepada anak-anak sanggar.


Punya Mimpi Tampil di Istana Negara

Mas Onde memiliki target besar: mendirikan paguyuban seni di setiap kecamatan di Cilacap, serta mementaskan Tari Jalungmas hingga ke Istana Negara. Selain itu, ia juga bertekad agar setiap tahun bisa tampil di Havana Hills.


“Kalau legalitas sudah rampung, anak-anak berbakat dari sanggar ini akan lebih mudah masuk ke panggung nasional,” tegas Mas Onde.


Dukungan Sudah Ada, Namun Masih Setengah Hati

Pemerintah desa sudah mulai memberikan respon positif, meskipun belum sepenuhnya maksimal. Mas Onde berharap pemerintah bisa lebih sering mengundang anak-anak sanggar dalam acara resmi.

Bagi para murid, sanggar ini bukan hanya tempat belajar menari, melainkan juga menjadi bekal hidup.


“Kegiatan di sini bisa menjadi penunjang karier, tidak hanya dalam bidang seni, tetapi juga bermanfaat untuk pekerjaan formal maupun informal,” tutup Mas Onde.


Di dusun kecil Margasari, api seni Jawa kembali menyala. Anak-anak muda Sidareja membuktikan bahwa budaya tidak harus berhenti, selama ada yang berani menghidupkan dan mendukung bersama-sama.

(Bah Gatan)

Komentar

Tampilkan

  • Sanggar Tari Manggasari Anak Muda Sidareja, Fokus Menghidupkan Seni Jawa
  • 0

Terkini

Music