Mengapa Imam Purnomo Memilih Bonsai: Dari Hobi Menjadi Ladang Bisnis dan Seni Bernilai Tinggi


Jombang,KOMPASGRUPS.com-Di tengah tren hobi yang terus berkembang, bonsai menjadi salah satu pilihan yang tidak hanya menghadirkan keindahan, tetapi juga peluang bisnis yang menjanjikan. Imam Purnomo, mantan Ketua Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) dan saat ini menjabat sebagai Pembina PPBI Cabang Jombang, mengisahkan alasan kuat di balik keputusannya memilih bonsai sebagai hobi sekaligus profesi sejak tahun 2006.

Menurut Imam, bonsai dipilih bukan semata karena estetika, melainkan karena pada saat itu masih sedikit orang yang menekuni dunia bonsai. “Saya melihat ini sebagai peluang yang sangat menguntungkan. Tahun 2006, pemain bonsai belum banyak, sehingga saya berpikir ini adalah celah bisnis yang bisa saya tekuni,” ujarnya.

Beragam jenis tanaman bisa dijadikan bonsai, seperti santigi, sisir, beringin, dan serut. Masing-masing memiliki karakter unik dan bisa dibentuk menjadi karya seni bernilai tinggi. “Nilai seninya itu bisa mendongkrak harga pohon, apalagi kalau perawatannya bagus dan bentuknya indah,” tutur Imam.

Perawatan bonsai tidak bisa sembarangan. Setiap jenis pohon memiliki kebutuhan berbeda, terutama terkait unsur hara. Perawatan harian mencakup penyiraman dan pemupukan yang sesuai dengan jenis pohon. “Kita harus jeli, karena media tanam di dalam pot sangat terbatas. Maka nutrisi, cahaya matahari, dan sirkulasi udara harus diperhatikan secara intens,” jelasnya.

Dalam dunia bonsai, ada tiga aliran utama dalam pembentukan gaya: naturalis, ekspresionis, dan surealis. Masing-masing gaya memiliki pendekatan dan filosofi berbeda. Misalnya, pohon dengan akar dan cabang ideal bisa diarahkan ke gaya naturalis, sedangkan pohon dengan bentuk unik karena pengaruh alam bisa dibentuk ke gaya ekspresionis seperti gaya buncin. Imam menekankan pentingnya memahami arah pembentukan sejak awal agar hasilnya maksimal.

Lebih dari sekadar keuntungan finansial, Imam mengungkapkan bahwa ada kepuasan batin luar biasa saat melihat bonsai hasil karyanya menjadi indah, bahkan sampai diikutsertakan dalam kontes. “Kepuasan terbesar itu saat kita bisa memerintahkan pohon untuk tumbuh sesuai imajinasi kita, lalu mendapat apresiasi di ajang kontes,” ungkapnya.

Penilaian dalam kontes bonsai sangat memperhatikan keserasian antara pohon, pot, dan aksesoris pendukung. Oleh karena itu, pemilihan pot tidak bisa sembarangan. “Misalnya, jika pohonnya gaya buncin—tumbuh ke atas dengan karakter keras—maka pot yang dipilih harus mendukung gaya itu agar selaras,” kata Imam.

Imam juga menekankan bahwa bonsai tidak bisa dijadikan hobi yang setengah-setengah. Diperlukan ilmu, dedikasi, dan ketekunan. “Kita harus belajar sejarah, memahami karakter pohon, dan tentu saja teknik perawatan yang tepat,” tutupnya.(Zafin)

Posting Komentar

0 Komentar