Banyuwangi, KOMPASGRUPS.COM– Nasib panen tebu tahun 2025 di wilayah PTPN 1 Regional 5 MKSO PT SGN berada di ujung tanduk. Ratusan hektar lahan tebu yang seharusnya menjadi aset berharga, kini terancam mangkrak akibat lambannya penanganan panen. Senin (1/9/2025)
Sorotan tajam tertuju pada MKSO PT SGN, yang diduga kurang tegas dalam mengelola tanggung jawabnya. Krisis armada angkut, yang seharusnya menjadi urusan vendor, menjadi penyebab utama terhambatnya proses pengangkutan tebu. Akibatnya, tebu yang seharusnya dipanen tepat waktu, kini terancam kehilangan kualitas dan nilai ekonomisnya.
Kondisi ini memicu kekecewaan mendalam di kalangan internal PTPN 1 Regional 5. Aksi mogok sempat terjadi di beberapa wilayah MKSO PT SGN Glenmore, sebagai bentuk protes atas ketidakbecusan penanganan panen.
"Kami merasa miris melihat aset perusahaan terancam sia-sia. Seharusnya MKSO PT SGN lebih proaktif dan tegas dalam mengawasi kinerja vendor,"ungkap seorang sumber internal di wilayah PTPN 1 Regional 5.
Ironisnya, aksi mogok yang menjadi sinyalemen darurat tersebut justru terkesan diabaikan oleh MKSO PT SGN. Alih-alih melakukan evaluasi dan mencari solusi, mereka terkesan membiarkan masalah ini berlarut-larut. Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak MKSO PT SGN terkait permasalahan ini.
Ketua IWB Abi Arbain menilai bahwa kelalaian MKSO PT SGN dapat menimbulkan kerugian besar bagi negara. "Tebu adalah komoditas strategis. Jika panen gagal, bukan hanya PTPN 1 Regional 5 yang rugi, tetapi juga negara," tegasnya.
Abi Arbain menambahkan“Kegagalan panen tebu akan berdampak luas, mulai dari penurunan produksi gula nasional hingga potensi kerugian finansial yang signifikan. Oleh karena itu, semua pihak terkait diharapkan segera bertindak, mencari solusi terbaik sebelum aset negara ini benar-benar menjadi sia-sia.” ungkap nya di depan awak media (Atmaja/red)
