Jombang,Kompasgrups.com–Kisah pilu seorang guru taman kanak-kanak (TK) di Kabupaten Jombang kembali menyentuh hati masyarakat. Yuliana Emawati, warga Dusun/Desa Johowinong, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, hidup bersama putrinya di rumah yang sangat tidak layak huni. Kondisi bangunan yang nyaris roboh dan serba kekurangan menjadi potret nyata perjuangan seorang pendidik yang tetap setia mengabdi di tengah keterbatasan ekonomi.
Rumah milik Yuliana berdiri di atas lahan kecil di tengah perkampungan padat penduduk. Dinding rumah hanya terbuat dari anyaman bambu (gedek) yang sebagian sudah berlubang dan lapuk dimakan usia. Beberapa bagian bahkan ditambal menggunakan spanduk bekas. Sementara itu, atap rumah bocor di berbagai titik, membuat air hujan mudah masuk ke dalam.
“Kalau hujan deras, saya dan anak harus pindah ke pojok rumah yang agak kering. Kadang malam-malam kami terbangun karena lantainya becek dan barang-barang kebasahan,” tutur Yuliana dengan suara pelan saat ditemui pada Senin (13/10/2025).
Di rumah berlantai tanah tersebut, Yuliana hidup berdua dengan putri kecilnya. Perabot rumah seadanya, hanya ada kasur tipis, lemari kayu tua, dan beberapa perlengkapan sederhana yang menunjukkan betapa berat perjuangannya mempertahankan kehidupan di tengah serba kekurangan.
Sebagai guru TK honorer di salah satu lembaga pendidikan desa, Yuliana hanya menerima honor sekitar Rp350 ribu per bulan. Penghasilannya itu pun sering terlambat dan tidak menentu, membuatnya sulit mencukupi kebutuhan sehari-hari, apalagi memperbaiki rumah.
“Saya sudah lama ingin memperbaiki rumah ini, tapi memang tidak sanggup. Kadang gaji saya baru cair setelah beberapa minggu. Kalau untuk makan saja kadang harus irit,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Meski begitu, Yuliana tetap mengajar dengan penuh semangat. Ia mengaku mencintai profesinya sebagai pendidik anak usia dini, meskipun harus berjuang dengan segala keterbatasan.
Kisah perjuangan Yuliana menjadi viral di media sosial setelah seorang warga Johowinong membagikan foto kondisi rumahnya. Unggahan tersebut mendapat banyak simpati dari warganet dan memicu perhatian publik terhadap nasib guru honorer di daerah.
Menanggapi viralnya kisah tersebut, jajaran Forum Pimpinan Kecamatan (Forpimcam) Mojoagung langsung turun tangan. Camat Mojoagung Anjik Eko Saputro, S.H., M.Si, bersama Kapolsek Mojoagung Kompol Yogas, S.H., dan Danramil Mojoagung Kapten Arm Didit Ariyanto meninjau langsung rumah Yuliana pada Senin siang (13/10/2025). Turut hadir Sekcam Mojoagung Wahyu Teguh Wicaksono, S.STP dan perangkat Desa Johowinong.
“Kondisinya memang sangat memprihatinkan. Kami sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Desa Johowinong untuk segera mendata dan menindaklanjuti program bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH),” jelas Kompol Yogas di lokasi.
Pemerintah Desa Johowinong memastikan akan menindaklanjuti temuan tersebut. Sekretaris Desa Johowinong menuturkan, pihaknya akan segera mengajukan usulan bantuan ke pemerintah kabupaten melalui program perbaikan rumah tidak layak huni.
“Mulai besok (Selasa, 14/10/2025), tim desa akan melakukan pendataan dan menyusun proposal bantuan RTLH agar Bu Yuliana bisa segera mendapatkan rumah yang lebih layak,” katanya.
Mendapat perhatian dari berbagai pihak, Yuliana tidak bisa menahan haru. Ia mengaku bersyukur dan berharap rumahnya bisa segera diperbaiki agar anaknya dapat hidup lebih nyaman.
“Saya tidak minta banyak, hanya ingin rumah ini tidak bocor lagi. Biar anak saya bisa tidur nyenyak tanpa takut kehujanan,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Kisah Yuliana menjadi cermin nyata perjuangan para guru honorer di pelosok negeri. Mereka tetap setia mendidik generasi muda meskipun menghadapi keterbatasan ekonomi dan fasilitas hidup. Banyak pihak berharap agar pemerintah daerah memberi perhatian lebih terhadap kesejahteraan tenaga pendidik non-ASN seperti Yuliana.
Dengan langkah cepat dari Pemdes Johowinong dan Muspika Mojoagung, harapan baru kini terbuka bagi Yuliana. Kisahnya menjadi pengingat bahwa di balik senyum anak-anak di sekolah, ada perjuangan luar biasa dari para guru yang mengabdikan diri tanpa pamrih.(Zafin)