Jombang,Kompasgrups.com-Pelaksanaan Lomba Street Parade Drum Band Kabupaten Jombang yang menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Jombang Adhyaksa Playon 2025 menuai sorotan dari berbagai kalangan. Acara yang semestinya menjadi ajang kemeriahan bagi masyarakat dan pelajar pecinta drum band ini justru dinilai kurang tertata, minim publikasi, serta memunculkan sejumlah kejanggalan teknis di lapangan.
Kegiatan ini digelar pada Minggu (19/10/2025) di kawasan pusat kota Jombang, dengan rute yang ditetapkan dari Jl. KH. Hasyim Asy’ari (Gus Dur) menuju Jl. Ahmad Yani, melintasi area depan SMAN 1 Jombang hingga Cahaya Sport. Namun, pelaksanaan rute ini justru menjadi salah satu sumber polemik.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompasgroups.com, rute parade yang seharusnya berawal dari simpang empat Stadion Jombang (Jl. Presiden Abdurrahman Wahid/Gus Dur) dan berakhir di Cahaya Sport Jl. Ahmad Yani, justru dibalik arah oleh panitia pelaksana.
Keputusan tersebut diduga terjadi karena komunikasi antarpanitia tidak tersambung dengan baik. Informasi perubahan rute baru disampaikan kepada peserta sekitar dua jam sebelum pelaksanaan lomba, tanpa adanya koordinasi ulang dalam forum teknikal meeting.
“Komunikasi panitia pelaksana diindikasikan tidak mengikuti koordinasi secara bersambung. Alhasil, ketika di teknikal meeting tidak sama dengan route penyelenggara,” ungkap salah satu pengamat lomba di lokasi.
Kondisi ini menimbulkan kebingungan bagi peserta yang sudah mempersiapkan formasi dan strategi sesuai rute semula. Beberapa tim bahkan terlihat menyesuaikan mendadak di lapangan agar tetap bisa tampil maksimal.
Sorotan lain muncul dari aspek kepanitiaan dan penjurian. Sebagian pihak menilai Persatuan Drum Band Indonesia (PDBI) Kabupaten Jombang selaku pelaksana kegiatan tidak tegas dalam menerapkan aturan organisasi.
Pasalnya, terdapat salah satu juri yang dikabarkan telah mendapat larangan menjuri di wilayah Jawa Timur, namun tetap dilibatkan dalam kegiatan ini. Fakta tersebut memunculkan pertanyaan serius mengenai komitmen panitia terhadap regulasi dan profesionalitas lomba.
“Ada juri yang sebenarnya dilarang menjuri di Jawa Timur tapi masih dipakai. Ini menurunkan kredibilitas penilaian,” ujar seorang pembina drum band dari luar kabupaten yang hadir menyaksikan acara.
Selain masalah teknis, peserta dan penonton juga mengeluhkan minimnya atribut branding acara. Di sepanjang venue, nyaris tidak terlihat spanduk besar, umbul-umbul, maupun backdrop resmi yang menandakan skala kegiatan tingkat kabupaten.
Kondisi tersebut membuat suasana parade terasa datar dan kurang meriah, berbanding terbalik dengan ekspektasi masyarakat yang menunggu semarak “Jombang Fest 2025.”
“Yang kemarin saja sepi, branding venue juga kosong. Padahal ini acara kabupaten,” keluh salah satu peserta kepada Kompasgroups.com.
Flyer promosi yang beredar di media sosial pun menimbulkan tanda tanya karena tidak mencantumkan identitas pembuat maupun pihak penanggung jawab desain dan distribusinya, memperkuat kesan kurang profesional dalam manajemen publikasi.
Kendati diwarnai berbagai kekurangan, antusiasme peserta tetap patut diapresiasi. Para pelajar mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi tampil penuh semangat menampilkan kemampuan terbaik mereka di sepanjang jalan parade.
Tepuk tangan dan sorakan dukungan penonton di beberapa titik rute menjadi penghibur di tengah suasana lomba yang terkesan sepi dari kemegahan.
Banyak pihak berharap agar PDBI Jombang segera melakukan evaluasi menyeluruh atas pelaksanaan lomba tahun ini.
“Kalau kegiatan seperti ini tidak ditata dengan serius, kepercayaan peserta bisa turun. Padahal ajang seperti ini penting untuk pembinaan generasi muda di bidang musik dan kedisiplinan,” ujar salah satu pelatih drum band luar kabupaten.
Ke depan, masyarakat berharap agar Lomba Street Parade Drum Band tidak hanya menjadi formalitas dalam kalender kegiatan, tetapi juga benar-benar dikelola secara profesional — dengan perencanaan matang, komunikasi yang jelas, dan keterbukaan dalam sistem penjurian.
Dengan pembenahan yang tepat, acara ini diharapkan dapat menjadi ikon kebanggaan seni dan sportivitas Jombang, sekaligus memperkuat citra positif “Jombang Adhyaksa Playon 2025” di mata publik.(Zafin)